Satu catatan hati (Dilema Sang Bidan Muda)
Butuh satu tahun untuk memantapkan hati berada di jalur ini, butuh satu tahun pula untuk aku menyadari mulianya profesi yang sebenarnya tak pernah aku cita2kan ini.
365 hari dalam kebimbangan, sampai ALLAH mempertemukanku dengan sebuah catatan, sampai ALLAH menghadirkanku di dua kondisi persalinan, ya.. hidup dan mati,
dan ketika ku dapatkan genggaman pertama dari bayi2 kecil, ucapan hamdallah dan beberapa tetes air mata menemani detak jantung dan hela nafasku saat itu.
dan inilah catatan itu :
Jadi bidan bukan cita-cita, tapi panggilan jiwa..
Ketika semua orang memanjakan kuku mereka di salon kecantikan,
Aku tidak bisa, karena harus menyambut pertanyaan mereka
“Kapan akan lahir anak saya?”
Ketika perempuan lain bersolek di depan kekasih atau suaminya,
Aku tidak bisa, kerena di luar sana banyak yang menantiku
dengan cemas untuk cepat mendampingi istri mereka
Disaat semua perempuan liburan refreshing,
Aku tidak bisa, kerena aku harus menyambut
malaikat-malaikat kecil dari rahim seorang perempuan
Tapi aku bangga saat seorang bayi keluar ke dunia ini ditanganku
Kau tau bagaimana rasanya?
Seperti mendapatkan berlian dalam genggaman
yang mampu membuatmu meneteskan air mata
Itulah aku!!!
originally : Fifin Diah Olivianti
*Catatan beberapa tahun yang lalu saat masih berkutat dengan rumah sakit, membantu persalinan perempuan-perempuan hebat.
Untuk selanjutnya, saya masih belum menentukan pilihan, akankah kembali ke dunia klinisi yang mendewasakan saya atau mengejar mimpi-mimpi masa muda yang sudah dirangkai.
Komentar
Posting Komentar