FIGHT FOR MY WAY : Antara mengejar mimpi atau kepastian
Sebentar lagi aku
memasuki usia 24 tahun. Saat ini 2017 dan wisuda pertamaku sudah 3 tahun yang
lalu. Selama itu pula aku tak lagi bersentuhan dengan dunia medis. Aku sibuk
mencari jati diri karena sampai saat ini aku masih belum tau apa yang
benar-benar ingin ku lakukan. Menjadi manusia yang terlalu idealis itu tak
mudah. Entah aku atau lingkungannya yang salah. Mungkin keduanya. Aku selalu
ingin pergi ke tempat yang jauh. Tinggi dan bersinar seperti bintang-bintang yang
selalu aku kagumi walau jauh. Tak pernah tergapai, hanya terlihat, menerangi
malam-malam yang gelap.
Aku bertanya-tanya apa
yang sudah aku lakukan? Apa yang sedang ku lakukan dan apa yang benar-benar aku
inginkan. Aku tak ada hobi ataupun kesukaan yang spesifik. Aku tak tau potensi
terbesarku. Dan aku tak tau apa guna ranking-ranking itu untuk saat ini. Di
masa lalu, ranking tersebut membuatku bahagia. Tapi aku sadar kalau aku
sebenarnya cemburu pada mereka yang memiliki mimpi, pada mereka yang benar-benar
tahu tujuan hidupnya, kesukaannya. Perlahan aku seperti mati rasa. Hidupku
serasa datar walau sering aku bersyukur saat melihat hidupku yang seperti ini
masih lebih baik dari beberapa orang.
Aku tahu harus membalas
jasa banyak orang terutama orangtuaku. Tapi aku tak tahu apa yang seharusnya
aku lakukan. Obrolan-obrolan sederhana terkadang membuatku sadar kalau
keinginan kami berbeda tapi intinya sama, agar aku bahagia. Hanya jalannya saja
yang berbeda. Mamah yang seorang PNS menginginkanku menjadi sepertinya. Tidak
ada yang salah dengan itu. Hanya saja aku ragu apa aku benar-benar
menginginkannya. Sejak menerima pekerjaan pertama di tahun 2015 yang membuatku
sangat bahagia sampai-sampai aku lupa diri. Saat lulus di 2014 dan melanjutkan
kuliah aku merasa lebih merdeka sedikit demi sedikit seiring bertambahnya usia.
Aku yang sedari kecil terkenal sebagai anak rumahan yang pendiam bagai katak
dalam tempurung seperti menemukan kebebasan. Pertama kalinya di angkasa. Malam
hari pukul 23. Aku meninggalkan jakarta dengan perasaan sangat bahagia dan
sangat bersyukur karena aku bisa lebih dekat dengan bintang. Dunia benar-benar
indah dilihat dari atas. Matahari yang lebih dekat. Awan yang lebih jelas serta
kombinasi pulau dan laut yang mempesona. Dan aku menjadi serakah. Aku ingin
melihat lebih banyak lagi, lebih sering lagi. Aku ingin berpetualang,
mengelilingi dunia, kemana saja, bebas dan damai. Mungkin tahun 2014 dan 2015
akan ku anggap sebagai tahun yang sangat istimewa dihidupku.
![]() |
My 1st flight to beautiful destination |
![]() |
Kora Evar Beach, beautiful destination at Aru, Maluku. Mengabadikan kenangan indah bersama kedua rekan kerja pertamaku, dr. Rama dan teh Mutia |
Di 2016 mimpi itu memudar seiring kesempatan kedua yang belum juga datang. Hampir ada kesempatan tapi waktu itu aku sakit sampai tak menghadiri wisuda keduaku. Keadaan memaksaku menarik diri dari pekerjaan yang bisa mengabulkan mimpiku sekali lagi. Ya mungkin memang bukan rezekiku saat itu. Aku menunggu sampai saat ini dan pintu kesempatan semakin mengecil. Aku tak bisa menyalahkan siapa-siapa selain diri sendiri. Selama ini aku bekerja sebagai freelancer yang sebenarnya membuatku bahagia dengan suasana kerjanya. Tapi waktu mengejarku, menampar kesadaran kalau aku akan semakin tua. Sebelumnya aku hanya berpikir “bukankah yang benar itu tetap berpenghasilan?” tapi lingkungan memaksaku kalau “berpenghasilan tetap”lah yang benar, yang diakui kebanyakan orang. Mungkin itu sebabnya ibuku mengharapkan aku bisa menjadi PNS.
Andai waktu bisa di
ulang aku ingin kuliah di jurusan yang berbeda. Jurusan ini sebenarnya bagus,
memberiku begitu banyak ilmu serta kebaikan. Hanya saja seperti yang pernah ku
bilang di tahun pertama. “ini bukan tujuan hidupku”. Tentu saja aku senang
ketika berinteraksi dengan pasien, mengedukasi, mengaplikasikan apa yang aku
tahu dan aku bisa sehingga bermanfaat. Tapi rasa takut membuatku benar-benar
tak nyaman. Aku seperti menanggung beban yang tak sanggup aku pikul. Dengan
tekanan sebesar itu aku merasa sesak sampai ketika aku menemukan sesuatu yang
lain, yang membuatku bernafas lebih lega, tersenyum lebih lebar, rasanya
seperti terlepas dari tempurung dan menemukan dunia yang lebih luas. Sayangnya
itu tak bertahan lama. Aku benar-benar di kejar waktu. Usia. Sambil mengetik
aku sesekali menatap foto wisuda. Kenapa saat itu aku benar-benar bahagia? Apa
gunanya wisuda? Ada banyak tentu saja. Wisuda seperti kunci gerbang menuju
labirin kehidupan yang sebenarnya. Akan ada yang gagal tapi pasti banyak pula
yang berhasil. Kita akan butuh banyak saran, teman, pengalaman. Ya, aku harus
menemukan jalan yang paling tepat di labirin itu. Jalan hidupku yang
sebenarnya.
Karawang, 1 - 11 - 2017
Eka Dini
Note : Iya tau judulnya
sama kaya drama korea. Salah satu inspirasinya emang dari drama itu sih. Hehe. Recomemded dramanya
![]() |
Dramanya Kim Ji Won eonni & Park Seo Joon oppa |
I feel you, sumpah. Aku juga dari mahasiswa tngkt akhir kebidanan, sering banget mikirin aku nnt jadi apa setelah wisuda. Semoga kita dapat menemukan jalan keluar dari labirin itu, Semangat!! :))
BalasHapusSemangat terus ka 🌷😿 kalo kakak dikasih tuhan cobaan gitu, berarti tuhan percaya kalo kakak bisa ngelewati itu semua dengan kuat dan akan diberikan balasan kebahagiaan yang bahkan takpernah kakak bayangkan. Be patient, bad things will go 💚
BalasHapus